Antara Pilpres dan Nasib Guru

Dalam hitungan bulan kita akan disuguhkan panggung perhelatan akbar yang melebihi pemilihan dan pengumuman piala oscar, semua konstestan berduyun duyun memamerkan hasil karyanya selama diberikan amanah yang dia emban. Selain itu kontestan akan memberikan janji janji bak panggung sandiwara perfilman yang sering kita tonton dilayar kaca. Ya kita akan menghadapi pesta akbar demokrasi yaitu pemilihan presiden. 

Pemilihan presiden akan menjadi hal yang ditunggu tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia. Dimana kita akan melihat janji janji mana yang paling realistis dan terukur yang akan mampu untuk menyejahterakan dan membahagiakan seluruh rakyat Indonesia. Terlepas janji akan ditepati atau tidak, kita sebagai pemilih wajib mendengarkan program program yang akan kontestan tampilkan selama kampanye sebelum hari H pencoblosan pada Februari 2024 nanti. 

Program dan janji yang tak kalah penting wajib kita dengarkan adalah kesejahteraan guru, dimana ini menjadi PR besar bagi pemimpin bangsa kita. Guru adalah pionir bagaimana negara ini bisa maju atau tidak, guru adalah sebagai akar dari kesuksesan seluruh anak bangsa. Rasa rasanya sangat tidak layak jika guru masih dianggap sebelah mata. 

Dari tahun ke tahun permasalahan guru masih belum bisa dituntaskan secara baik masih banyak hal yang harus diselesaikan. Dari kesejahteraan, fasilitas, ketersediaan belum sepenuhnya merata di negara ini. Bagaimana kita akan menjadi negara maju jika pencetak generasi bangsa masih dianggap sebelah mata

Tak munafik kan bahwa negara selalu memberikan solusi solusi untuk menuntaskan masalah guru seperti yang dilakukan mentri pendidikan nadiem makarim yang mulai menyoroti banyaknya guru honorer dinegeri ini, negara berupaya untuk memberikan kesejahteraan melalui program PPPK untuk guru honorer. Menurut penulis itulah ide yang sangat baik dalam upaya upaya untuk perbaikan

Untuk pemilihan pilpres kali ini marilah kita cermati baik baik program program yang relevan dan terukur dari seluruh kontestan pilpres. Jangan terbuai dengan janji janji yang sepertinya nihil untuk ditepati. Apalagi hanya memilih hanya sebatas kenyamanan hati 🙂

Penulis

Adam Sakti Wirayuda, S. Pd

Komentar